Star In The Sky

Seorang pasien laki - laki berusia 35 tahun datang dengan keluhan sulit membuka mulut dan perutnya terasa kaku. Melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan lainnya, diduga pasien terinfeksi tetanus, dengan riwayat 1 minggu sebelumnya tertusuk beling kaca di kakinya. Saat masuk ICU, bapak ini masih bisa mengobrol denganku walaupun otot rahangnya sudah mulai kaku atau disebut juga mengalami spasme. Beberapa jam kemudian, tiba - tiba si bapak apneu (henti nafas) dan nadinya sudah tidak teraba. Sepertinya infeksi tetanusnya sudah menyebar ke organ lain yaitu jantung sehingga  terjadi gangguan irama jantung, dan menyebar ke saluran pernafasan sehingga terjadi kaku atau spasme pada larynxnya. Setelah melakukan resusitasi jantung paru, rupanya Allah menyayangi bapak itu sehingga memanggil bapak itu lebih cepat ke sisiNya. Istrinya spontan menangis kencang. Tidak menyangka bahwa suaminya akan pergi secepat itu. Luka akibat tertusuk beling yang tidak ditangani dengan baik berkembang menjadi media yang baik untuk masuknya infeksi tetanus yang ternyata mengancam jiwa bapaknya. Sudah cukup sering berhadapan dengan kematian tidak membuatku lantas terbiasa menyampaikan berita buruk tersebut kepada keluarga pasien. Lidah selalu terasa kelu. Badan lemas. Dan rasanya sangat berat untuk menyampaikannya. Begitu juga yang terjadi pada seorang pasien wanita berusia 60 tahun yang didiagnosis gagal jantung. Pagi hari nya seperti biasa, aku mem-follow up semua pasien, memeriksa keadaannya masing - masing, salah satunya memeriksa si ibu ini. Saat diperiksa ibu ini seperti biasa masih bisa mengobrol denganku. Beliau berkata bahwa sesaknya sudah membaik. Tekanan darahnya pun membaik. Beberapa jam kemudian, tiba - tiba beliau tidak sadarkan diri dan ternyata mengalami cardiac arrest (henti jantung) karena gangguan irama jantung secara tiba - tiba. Sebelumnya memang sudah ada riwayat gangguan irama jantung. Keluarga pasien langsung histeris, tidak menyangka pasien akan meninggal di saat keadaannya tampak mulai membaik. Pada kasus lain, seorang pasien kecelakaan dengan perdarahan otak yang cukup parah, ternyata masih diberi kesempatan untuk melanjutkan hidupnya oleh Allah. Kondisi tubuhnya perlahan membaik, walaupun sebelumnya terjadi penurunan kesadaran yang cukup berat.

Hal - hal ini mengingatkanku bahwa kita semua hanya bisa berusaha yang terbaik di dunia ini. Dokter hanya manusia. Allah-lah Maha Penentu semua keputusan. Kalau Allah menghendaki, apa pun dapat terjadi. Meski itu hal paling irrasional sekalipun. Manusia tidak boleh berhenti berusaha. Tapi ketika sudah mencapai batas maksimal kemampuan kita, ikhlaskan, serahkan semuanya pada Allah. Jangan menganggap diri kita paling benar atau malah selalu menyalahkan diri sendiri di saat sudah melakukan yang terbaik. Manfaatkan waktu yang ada, karena bisa jadi waktu yang kita sia - siakan sekarang adalah detik - detik yang dibutuhkan orang lain untuk sekedar dapat melihat anaknya datang dari jauh sebelum kematian menjemputnya. Namun begitulah sifat waktu, tidak dapat dibagikan antara satu orang dengan yang lainnya, dan berjalan terus tanpa pernah kembali. Bismillah, semoga kita bisa menjadi orang yang senantiasa menghargai salah satu anugerah terbesar yang diberikan Tuhan. Waktu.
Read More …