Star In The Sky

You are who you are when no one is looking.

- read somewhere
Read More …

Gue inget pertama kali gue kenal Yana. Waktu pertama masuk IC. Setelah pengarahan, kita menuju ke kamar asrama sama temen sekamar masing - masing. Dari daftar yang tertulis gue sekamar sama yg namanya Yana, Widya, Feby. Kesan gue pertama kali ketemu Yana, mukanya rada jutek, kayanya tipikal anak mami, abisnya dia jalan sambil ngeluh kepanasan mulu. Hahaha. Dan ternyata setelah kenal, salah banget penilaian gue itu. Haha. Awal sekamar, si Yana ini udah deket sama Widya, sampe gue kira mereka berdua ini satu smp asalnya. Eh ternyata yg satu anak Bekasi, satu lagi anak Cilegon. Haha, Feby ternyata dari Tangerang juga. Feby juga akhirnya ikutan rame sama mereka berdua. Dan ngga lama kemudian gue yang emang butuh waktu untuk deket sama orang baru akhirnya kebawa juga arus kamar alias deket sama mereka semua. Hehe. Ngga tau kenapa kita berempat bisa sekamar, tipe orangnya sama semua gini. Haha. Ngga ada hari tanpa ketawa kayanya. Kompak banget deh, udah kaya teletubbies. Haha. Soalnya Yana orangnya setia kawan banget. Ngga ada yang namanya ketinggalan atau sendiri, kalau ada yang telat pasti saling nungguin. Akhirnya juga bisa deket sama sahabat - sahabat lainnya yang sering main ke kamar. Dan tentunya sama temen - temen lainnya yang ternyata baik - baik banget.

Yana ini tipe orang yang "everybody loves her". Orangnya rame banget, kocak, gila banget deh pokoknya. Hahaha. Semua orang bakal dengan mudah deket sama dia. Bahkan orang yang awalnya ngga suka sama dia, bisa dengan mudah jadi deket sama dia. Dia bisa ngerangkul semua orang. Orangnya seru. Banyak kejadian - kejadian seru yang ngga bisa terlupakan selama temenan sama dia pas SMA. Kejadian - kejadian dodol yang kalo diinget - inget bikin ketawa sendiri. Yana juga selalu tahu cara bikin orang lain seneng, makanya orang mudah deket sama dia. Dia juga bisa peka sama sahabatnya. Waktu itu ada kejadian yang bikin gue pengen nangis, dan gue ngga suka nunjukin itu di depan orang - orang, gue ke kamar mandi, dan si Yana tau gue nangis dan akhirnya gue nangis deh depan dia. Keluar kamar mandi, kaya ngga ada kejadian apa - apa, gue uda lega. Haha.

3 minggu sebelum 9 Maret 2013, Yana ngasi tau kita kalau dia mau nikah. What?! Shock banget. Haha. Bukan cuma karena ini yang pertama di angkatan, dan juga yang pertama dari sahabat - sahabat deket gue, tapi juga karena ini Yana! Hahaha. Iya, Yana yang gila banget, Yana yang dodol, yang cantik dan tomboy. Haha ngga tomboy banget juga sih, tapi strong lah, perkasa. Hahaha bingung juga ngegambarinnya. Yang lebih gilanya lagi, dia baru ngasi tau temen - temen seangkatan IC lainnya 1 minggu sebelumnya dan baru ngasi tau temen - temen kuliahnya malam sebelumnya. Emang dasar si Yana :)) Well, tgl 9 Maret 2013 kemarin finally salah satu sahabat terbaik gue nikah, Yana, kesayangan kita semua :)

Happy wedding day dearest Yana and ka Galih :) Semoga langgeng terus selamanya. I wish you all the greatest thing in life. Ditunggu keponakan kita :p
 

The Beautiful Bride
Beloved Ascova Girls
My Fav Blues
The Bouquet
Read More …

What is empathy? Empathy is the imaginative projection of a subjective state into an object so that the object appears to be infused with; or the action of understanding, being aware of, being sensitive to, and experiencing the feelings, thoughts, and experience of another of either the past or present without having the feelings, thoughts, and experience fully communicated in an objectively explicit manner (Webster).

Dengan empati, kita berusaha untuk memahami apa yang orang lain rasakan. Memahami, tapi tidak ikut serta terpengaruh oleh hal yang mempengaruhi orang lain tersebut. Akhir - akhir ini gue banyak belajar tentang empati ini. Dihadapkan pada situasi - situasi di mana kita harus empati. Di saat ego sudah menguasai, butuh hati nurani untuk mengimbangi. Sebutlah, ada salah seorang teman yang sedang kesulitan. Kesulitan itu sebenarnya sesuatu yang bisa dicegah. Sementara kami semua sebagai teman juga memiliki kesibukan masing - masing. Gue ngga menyalahkan teman - teman yang sedang sibuk dengan urusannya masing - masing, karena memang begitu keadaannya. Saat itu gue benar - benar perang batin. Akal sehat gue bilang kalau gue juga punya urusan dan kesulitan itu memang karena kesalahan dia. Tapi ada suara - suara lain yang terus bicara kalau gue cuek aja berarti gue jahat banget, ngga punya hati. Gue masih bingung dan perang batin belum berakhir. Sampai suatu saat ngga tau kenapa gue berpikir, "Kalau gue jadi dia gimana? Kalau gue ada di posisi dia gimana? Gimana perasaan gue kalau gue dalam posisi yang sama? Gue bakal sedih banget." Dengan pikiran seperti itu, entah kenapa hampir seluruh beban pikiran langsung  menghilang, perasaan gue tenang, gue tau jawabannya. Dengan mencoba memikirkan bagaimana rasanya saat kita berada di posisi orang lain, jadi jauh lebih mudah untuk mengalahkan egoisme. Sama seperti saat menghadapi pasien. Mereka mengajarkan kita banyak hal. Ketulusan, kesabaran, keikhlasan, dan pengalaman hidup lainnya. Gue juga belajar dari teman - teman gue yang ternyata empatinya sangat tinggi. Salut banget. Dengan empati, kita juga belajar hal lainnya, yaitu bersyukur. Mungkin bersyukur juga lah yang juga membuat segalanya lebih mudah. Semoga kita semua bisa belajar lebih banyak untuk empati terhadap orang lain dan bersyukur atas apa yang kita miliki. Alhamdulillah, thanks God for everything :)
Read More …